Donderdag 30 Mei 2013

seperti angin yang tak bisa kembali lagi part 2

dua hari telahku lewati dengan senyuman, sekarang tanggal 7 mei 2013 sekarang sekolah pulang cepat, pulang sekitar pada jam 12.00, sepulang sekolah aku tidak langsung pulang karena ada kumpul-kumpul sama teman-teman di sangga Pramuka, aku mendapat sebuah SMS dari orang tuaku,
 "udah pulang sekolah belum, kalau udah cepet Shalat dan Do'akan Adikmu dan Ibumu" "udah, iya pak" kataku.
Aku merasakan tidak enak dengan datangnya SMS itu. Beberapa kali HPku bergetar tetapi karena ada rapat aku tak melihat siapa yang menelvonku, akupun membiarkan HPku berbunyi. setelah selesai aku pergi ke Mirota Kampus dengan teman sekolah sekaligus teman pondokku "Lisvi" itu namanya, aku dan Lisvi Kesana untuk membeli sebuah pena. setelah kudapatkan pena aku turun kelantai dua disana aku melihat beberapa perlengkapan bayi, aku jadi teringat kalau aku punya adik kecil, aku ingin sekali membeli untuknya. akupun segera pulang karena matahari sebentar lagi akan terbenam.
Akupun pulang dengan menaiki sepedaku, aku berhenti sekitar satu menit menunggu lampu merah berubah menjadi hijau, HPku kembali berbunyi kali ini telvon kuangakat tetapi suara-suara montor itu lebih keras dibanding suaranya telvon dari adikku, kumatikan telvonnya karena lampu sudah berwarna hijau. satu SMS masuk dari seorang Omku
"nduk Om udah di aula bawah, nduk Ulfa di pondok nggak...??"
akupun berhenti dan membalasnya "lagi OTW Om bentar lagi nyampek pondok."
Ditengah perjalanan pulangku hujan turun dengan deras, kukayuh sepedaku sekuat tenaga dan kulawan kuatnya air hujan, sesudah dipondok kuberhenti dan menemui omku di aula baru sebentar berbincang-bincang HPku bergetar lagi kulihat ternyata adikku dika menelvon tanpa salam dia langsung berbicara dan hanya suara tangis yang terdengar oleh kedua telingaku, sambil menangis adikku dika berbicara, berbicara tentang kabar yang tak mau aku dengar, dia berkata
"Mbak Adik udah gak ada."
akupun terdiam karena kalimat itu aku tek percaya tentang kabar itu, tak lama kemudian aku baru percaya ketika Omku juga berkata seperti itu.
"Inalilahi wainnailaihi rojiun, ya Allah kapan dek..???" jawabku.
"tadi Mbak waktu aku pulang ngaji tiba-tiba ada banyak orang di rumah, aku juga gak menyangka Mbak :'(.
adikkupun mengakhiri percakapan waktu itu dengan kata "Mbak udah dulu ya, Assalamualaikum."
belum sempat kujawab salamnya tapi telvon sudah mati. Air mataku menetes bak hujan yang saling berkejaran jatuh ke Bumi.Omku memberi saran yang bisa memotifasi aku Omku bilang
"Jangan menangisi Adikmu, kelak Adikmu akan menjadi tiket untuk Ibumu masuk ke Syurga."
aku hanya bisa diam mendengarkan kata-kata Omku. Suara azanpun telah terdengar keras oleh telingaku, Omkupun beranjak mengambil air wudhu, dan segera melaksanakan Sholat Asar, setelah shalat omku berpamitan pulang. setelah Omku pulang akupun naik keatas menuju ke kamar temanku Lisvi, aku memeluknya sambil berkata "adikku meninggal" air mata yang terus berjatuhan dan suara yang tidak begitu jelas membuat Lisvi semakin penasaran dan kebingungan, tak lama kemudian aku kembali kekamarku dan menahan air mata agar tak ada yang tau masalah ini. kupasang wajah cerah dihadapan semua orang yang ada di sekelilingku.
kulihat HPku ada 1 SMS dari Lisvi katanya " kuatkan hatimu, semangat dan semoga adikmu menjadi bidadari di syurga Amin." Suara HPku bergetar beberapa kali sebagian keluarga besarku menelvon memberikan kabar tentang kejadian itu.

bersambung..

0 opmerkings:

Plaas 'n opmerking